Tidak realistis. Yup, aku mengakui kalo terkadang aku memang tidak realistis. Tidak mau menjejak ke tanah. Ingin rasanya bisa ada di awang-awang, melayang, terbang, tinggi, dan rasanya enggan untuk kembali. Tapi…aku punya prinsip, kalo mimpi-mimpiku itulah yang bisa membuatku bertahan dan kuat. Karena mimpi-mimpi itu aku bisa tersenyum ketika hidup tidak selalu seperti yang kita inginkan.
Mimpiku kali ini adalah tentang “dia” yang belum berwujud dan terwujud. Bukan tentang bagaimana profil orangnya. Karena kupikir, rasanya aku tidak punya profil atau spesifikasi khusus tentang “dia”. Atau mungkin memang cukup aku saja yang tahu soal itu. Biar bayanganku tentangnya hanya ada dalam anganku saja. Mimpi ini lebih ke arah, bagaimana aku ingin melewatkan waktu bersamanya.
Suatu saat nanti, ketika aku sudah bisa menemukan “dia” yang tepat, aku ingin sekali bisa pergi ke suatu bukit di suatu malam yang cerah dan tidak berawan. Mungkin bukit itu ada di daerah yang dingin, tinggi, dan jauh dari keramaian kota besar. Duduk saja berdua dengannya. Hanya ditemani suara jangkrik dan jaket tebal. Duduk beralasakan hamparan rumput yang empuk dan terasa dingin. Memandang ke atas, ke sebaran bintang di awan, sambil merasakan semilir angin.
Hanya ada kami berdua di sana. Terlepas dari hiruk-pikuk lalu lintas, pekerjaan, dan urusan lainnya. Untuk menghabiskan waktu dan berbicara dari hati ke hati. Tidak akan ada tangis dan kecewa hari itu, karena TUHAN sudah berjanji untuk melarangnya hadir. Hari itu hanya akan ada tawa dan ceria. Karena kesempatan itu terlalu berharga untuk dilewatkan. Dan aku berharap, tempat itu adalah tempat paling indah untuk kami berdua.