Baru kali ini aku bener-bener ngerasain jadi makhluk individualis. Aku tahu manusia itu punya dua sisi kehidupan, manusia sebagai makhluk sosial dan manusia sebagai seorang individu. Kedua peran itu harusnya bisa berjalan beriringan. Sebisa mungkin kepentingan pribadi kita tidak mengganggu kepentingan orang lain. Dalam arti kata lain, tidak mengganggu peran kita sebagai makhluk sosial, makhluk yang gak bisa hidup tanpa orang lain.
Sampe detik ini, rasanya aku belum pernah ngerasain bener-bener jadi makhluk individual, yang benar2 cuman berorientasi sama diri sendiri. Dari dulu sampe sekarang, aku masih tinggal sama orang tua, dengan kakak-kakak yang juga masih satu rumah. Berada dalam lingkungan yang cukup rame (menurut aku) membuat aku menjadi lebih mudah melewati hidup ini. Bukan berarti hidupku tanpa masalah. Tapi…..kebersamaan dan dukungan dari lingkungan membuat aku lebih kuat menghadapi berbagai masalah.
Begitu juga dengan teman. Sampe jadi dokter satu setengah tahun yang lalu, rasanya aku selalu dikelilingi teman-teman yang baik dan saling mendukung. Itu semua ngebuat, aku juga jadi kuat menghadapi segala sesuatunya. Bisa berbagi cerita, kesedihan, kesenangan, apapun rasanya bisa dibagi bersama dengan mereka.
Tapi sekarang?? Rasanya aku sedang dalam fase “merasa sendirian”. Bukan dalam arti kata harfiah. Mungkin memang kondisinya harus seperti ini ya?? Mulai menentukan jalan sendiri, mulai mempertimbangkan segala sesuatunya sendiri, dan juga mulai mengedepankan kepentingan (baca: ego) sendiri.
Dalam jenjang pendidikan yang sedang aku ambil sekarang, aku cuman bertiga. Dan entah kenapa rasanya tidak semua bisa kubagi. Beberapa hal sepertinya lebih baik kusimpan saja sendiri, toh tidak menyangkut orang lain. Asal tugasku selesai, udah cukuplah buat aku. Asal semua tindakanku tidak merugikan orang lain, udah cukup juga lah. Dan anehnya, kok sekarang jadi merasa lebih egois aja. Mau ngelakuin apa2, ngeliat kepentingan diri sendiri dulu. Menguntungkan gak nih buat aku??
Dan yang ngebuat semua jadi tambah “parah” adalah beban kerja yang juga gak sedikit. Seringnya ngerjain tugas “kejar tayang”, ngebuat aku merasa “autis” dari dunia sekelilingku. Bahkan bisa sampe gak tahu kabar terbaru di rumah, padahal tiap hari pulang ke rumah. Aku sama sekali gak suka sama kondisi itu. Jadi merasa egois banget dan gak bersosialisasi. Tapi yah….mau gimana?? Kondisi memaksa semua jadi seperti ini. Mudah-mudahan aja ini tidak berjalan terlalu lama. Kondisi 3 bulan seperti ini, rasanya sudah lebih dari cukup.